Entri Populer

Minggu, 13 Februari 2011

photo cewek cantik

photos

comunity belajar: LP

comunity belajar: LP

tips meningkatkan daya ingat

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut.

1. Overlearning

Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu.Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut de­ngan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap materi PPKN lebih kuat.

2. Extra study time

Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.

3. Mnemonic device

Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini.

4. Rima (Rhyme),

yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan. Nyanyian anak-anak TK vang berisi pesan-pesan moral dapat diambil sebagai contoh penyusunan mnemonik.

5. Singkatan,

yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh, jika seorang siswa hendak mempermudah mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Musa, dapat menyingkatnya dengan ANIM. Pembuatan singkatan-singkatan seyogyanya dilakukan sedemi­kian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.

6. Sistem kata pasak (peg word system),

yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti: darah, lipstik; pasangan langit dan bumi; neraka, dan kata/istilah lain yang    memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya).

7. Metode Losai (Method of Loci),

yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata “loci” sendiri adalah jamak dari kata “locus” artinya tempat. Dalam hal ini, nama-nama kota, jalan, gedung terkenal dapat dipakai untuk menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (George Washington); dan gedung bundar untuk mengingat nama jaksa agung Indonesia. Apabila guru memerlukan siswa menyebut nama-nama tadi, ia dapat menyuruh siswa tersebut “bepergian” ke tempat-tempat tersebut.

8Sistem kata kunci (key word system).

Kiat mnemonik yang satu ini relatif tergolong baru dibanding dengan kiat-kiat mnemoniklainnya. Kiat ini mula-mula dikembangkan pada tahun 1975 oleh dua orang pakar psikologi, Raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut: 1) kata-kata asing; 2) kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; 3) arti-arti kata asing tersebut.

Sabtu, 12 Februari 2011

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas


Posted on Januari 15, 2008 by Pakde sofa
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:
  1. merencanakan perbaikan,
  2. melaksanakan tindakan,
  3. mengamati, dan
  4. melakukan refleksi.
Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/ mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan enam kriteria berikut.
  1. Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pe
ngajar.
  • Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak.
  • Metodologi harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi kelasnya.
  • Masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya.
  • Guru harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
  • PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

Observasi, Analisis Data, Tindak Lanjut, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pengumpulan data dalam PTK dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti: observasi, catatan harian, rekaman, angket, wawancara, serta analisis dokumen hasil belajar siswa.
Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain untuk menginterpretasikan peristiwa yang muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu guru melakukan penyesuaian. Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu: (1) harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat, (2) fokus observasi harus ditetapkan bersama, (3) guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama, (4) pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi, dan (5) observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai aturan. Ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi yang bertujuan memantau proses dan dampak perbaikan dilakukan dengan mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus yang selalu berulang, yaitu: pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan observasi, dan diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus didasari saling mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan data yang objektif, guru didorong untuk mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi merupakan proses yang berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam perkembangan profesional yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui catatan/laporan harian guru, catatan harian siswa, wawancara (antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru), angket, dan telaah berbagai dokumen.
Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil analisis dilakukan refleksi, yaitu renungan atau mengingat kembali apa yang sudah berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama, atau baru sama sekali.
Sumber Buku Penelitian Tindakan Kela karya IGAK Wardhani
DIarsipkan di bawah: PTK

penulisan dapus


Berikut ini merupakan contoh dari bagaimana penulisan daftar pustaka pada penulisan makalah, skripsi atau penelitian dan lain sebagainya.
1. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari internet, pertama; tulis nama, kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini:
2. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku, ketiga; judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), dan kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik). Seperti contoh dibawah ini:
  • Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
  • Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.
3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama  tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua ingat dimulai dari nama belakang ya. Setelah penulisan nama kedua selesai dengan cara penulisan sama seperti nama pertama, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ (  )] setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir kelima; nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Seperti contoh dibawah ini:
  • Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
  • Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.
Perlu diingat juga untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya.

proposal penelitian bahasa indonesia


PENERAPAN METODE ACTIVE DEBATE (PERDEBATAN AKTIF) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA  SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI, SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)
Proposal
diajukan untuk persyaratan penelitian dan penulisan skripsi sebagai akhir studi S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh
Hendrik Praja Mustika
0703790



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
PENERAPAN METODE ACTIVE DEBATE (PERDEBATAN AKTIF) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA  SISWA

Oleh
Hendrik Praja Mustika
0703790

Disetujui untuk diajukan SK Skripsi
Penguji I,

Dra. Lilis St. Sulistianingsih, M.Pd.
NIP 196012161986032001

Penguji II,

Drs. Wawan Hermawan, M.Pd.
NIP 196003071987031003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum.
NIP 196603201991031004
  1. Judul
Penerapan metode active debate (perdebatan aktif) untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
  1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh manusia untuk saling berkomunikasi dan melakukan aktifitas sehari-hari. Keterampilan berbahasa tidak lepas dari empat keterampilan yang harus dikuasai, yaitu.
1.      Menyimak
2.      Menulis
3.      Membaca
4.      Berbicara
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SMA PGRI 1 Bandung dengan mewawancara guru Bahasa Indonesia, terdapat adanya kesulitan siswa untuk keterampilan berbicara dalam  Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara dalam pembelajaran.
Kesulitan yang dihadapi siswa adalah untuk memberikan komentar dalam pembelajaran berdiskusi dan selalu merasa bingung untuk mendapatkan inspirasi dalam menanggapi suatu pembahasan. Siswa kebanyakan diam dalam sesi tanya jawab yang diberikan oleh guru, sehingga tingkat berbicara siswa sangat rendah. 
 Selain permasalahan tersebut, siswa kurang dalam memperhatikan pembelajaran sehingga minat untuk berpendapat  tidak ada ide yang akan diungkapkan, kurangnya penguasaan kebahasaan siswa sangat berdampak dalam proses pembelajaran, dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik, sehingga menimbulkan tidak adanya minat dalam proses belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas, seharusnya guru memberikan metode pembelajaran yang bersifat menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran, terdapat beberapa metode atau teknik pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode active debate (perdebatan aktif). Peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan metode active debate (perdebatan aktif) untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMA PGRI 1 Bandung. Metode  tersebut tersebut diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang baru dan dapat memberikan solusi bagi siswa.
  1. Identifikasi Masalah
Peneliti memberikan identifikasi masalah di SMA PGRI 1 Bandung  dalam proses pembelajaran berbicara untuk mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara, yaitu:
1.      Siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran berbicara untuk memberikan komentar.
2.      Siswa mengalami kesulitan dalam mencari inspirasi dalam kegiatan pembelajaran berbicara.
3.      Tidak adanya minat siswa dalam kegiatan pembelajaran berbicara.
  1. Batasan Masalah
Metode  merupakan wadah untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode active debate (perdebatan aktif). metode active debate (perdebatan aktif) ini, digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mengungkapkan hasil membaca, wawancara dan berdiskusi.
Untuk memberikan hasil yang maksimal dalam penelitian meningkatkan kemampuan bicara siswa dengan metode perdebatan aktif. Peneliti memberikan batasan dalam penelitian, yaitu hanya diujikan pada satu kelas dengan dibagi menjadi beberapa kelompok.
E.     Rumusan Masalah
Berikut ini adalah masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
1.      Apakah penerapan metode debat aktif dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa?
2.      Apakah penerapan metode perdebatan aktif  dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran berbicara?
3.      Bagaimana hasil pembelajaran menggunakan metode perdebatan aktif?
F.     TUJUAN
1.      Mengetahui penerapan metode perdebatan aktif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2.      Mengetahui penerapan metode perdebatan aktif untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran berbicara.
3.      Mengetahui hasil pembelajaran dengan menggunakan metode perdebatan aktif.
G.    MANFAAT PENELITIAN
Penggunaan metode perdebatan aktif dalam Penelitian Tindakan Kelas ini untuk memberikan kontribusi dalam memperbaiki mutu pembelajaran. Manfaat-manfaat dengan menggunakan metode perdebatan aktif  adalah sebagai berikut.
1.      metode perdebatan aktif dapat dijadikan bahan referensi bagi guru, untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2.      Adanya motivasi bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran berbicara.
3.      Kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran berbicara untuk mengungkapkan hasil membaca, wawancara dan berdiskusi.
4.      Peneliti dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran berbicara.

H.    Anggapan Dasar
1.      Siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode perdebatan aktif.
2.      Adanya motivasi bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode perdebatan aktif.
3.      Adanya hasil yang maksimal dengan  menggunakan metode perdebatan aktif.
I.       Definisi Operasional
1.      Berbicara merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya. Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal.
Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah  maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki ketermapilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan didalam pergaulan, baik di rumah, di kantor, di sekolah, maupun di tempat lain. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikannya akan mudah disimak, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Penggunaan metode perdebatan aktif merupakan salah satu cara yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Proses kegiatan menggunakan metode perdebatan aktif adalah membagi kelas menjadi dua kelompok dibedakan dengan kelompok pro dan kontra. Selanjutnya memberikan bahan untuk dijadikan perdebatan dan setelah membahas bahan perdebatan maka mulailah setiap kelompok memberikan argumennya untuk memberikan pendapat.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
2.      Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
  1. Landasan Teori
Menurut Tarigan, (1987:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak masyarakat-masyarakat bahasa.
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu komunikasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).
Berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran (StY Slamet, 2007:12).
Berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran Nurhatim (2009:1).
Berdasarkan teori-teori diatas penulis menyimpulkan bahwa berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan komunikasi dengan manusia lain dan mengungkapkan gagasan, ide, perasaan secara lisan. Dengan berkomunikasi seorang pembicara dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain.  Karena itu keterampilan  berbicara  harus dilatih agar bermanfaat. Pengungkapan ide yang benar dan tepat akan berpengaruh pada komunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu berbicara memiliki peran yang penting dalam kumunikasi.
K.    Hipotesis
1.      Siswa mampu meningkatkan kegiatan pembelajaran berbicara.
2.      Minat siswa sangat tinggi dalam pembelajaran berbicara.
3.      Siswa mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran berbicara.
L.     Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research).  PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.










Alur Kegiatan Penelitian
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan kelas.
Tahap-tahap tersebut membentuk satu siklus. Siklus-siklus itu dilakukan secara berulang-ulang, berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, sampai suatu masalah dianggap teratasi. Seperti yang dikemukaan oleh Kemmis & Mc Taggart,dalam bagan berikut
 














dst.
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran yang dilakukan dalam penelitian. Dengan adanya siklus kita dapat mengetahui penelitian yang dilakukan telah berhasil atau tidak. Setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus pertama maka dilakukan lagi pada siklus kedua, bila siklus kedua belum memperlihatkan peningkatan maka dilakukan siklus berikutnya.

Langkah-langkah Pengumpulan Data
1)      Studi Pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan
Dalam studi pendahuluan ini peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran kelas XI untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbicara di kelas XI. Selain itu minat siswa dalam berbicara dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara. Hasil wawancara pada tahap ini menjadi dasar bagi peneliti untuk menyusun perencanaan tindakan pada siklus pertama.
2)      Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi terhadap siklus I
Pada tahap ini data yang terkumpul berupa hasil pengamatan aktifitas siswa dan guru untuk dianalisis. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan hasil analisisnya merupakan refleksi untuk menentukan rencana tindakan pada siklus II.
3)      Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi terhadap siklus II
Data yang diperoleh pada siklus ini meliputi hasil pengamatan aktifitas siswa dan guru.  Yang akan dibandingkan dengan hasil pengamatan pada  siklus I. apabila pelaksanaan pada siklus I dan II belum menunjukan peningkatan, maka dilakukan seklus berikutnya.
4)      Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan teknik video critic meliputi, angket, tes terhadap siswa dan observasi.















Daftar Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. Prof . Dr. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Siberman, Mel. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
I Wayan Santyasa .(2007). Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Fromhttp://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS.pdf, 21 Desember 2010

syarif hidayatullah .(2009). Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli. From http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd,. (2009). Kreativitas dalam Pembelajaran Berbicara. From: http://argumen-apbi.blogspot.com/2009/02/kreativitas-dalam-pembelajaran.html
Nadhirin.(2008).Metode Pembelajaran Efektif . From: http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html